Jumat, 02 September 2016

Teks Drama Sampuraga

Sekarang, bacalah dengan saksama kutipan teks drama berikut ini!

Sampuraga
Pada zaman dahulu di daerah Mandailing, Tapanuli Selatan terdapat kampung yang disebut Padang Bolak. Di kampung tersebut berdiam seorang ibu dan anak lelaki tunggalnya yang bernama Sampuraga. Meskipun hidup mereka kekurangan, mereka tidak pernah putus asa dan selalu rajin bekerja. Sampuraga bekerja di hutan mencari kayu untuk dijual ke pasar. Adapun ibunya bekerja sebagai buruh upahan.

Adegan 1
Panggung menggambarkan teras sebuah rumah bambu yang sederhana. Seorang anak laki-laki sedang duduk termenung di sebuah bangku kayu. Seorang wanita yang sudah tua datang mendekatinya.

Sampuraga : (Menatap ibunya dengan wajah iba) Saya sebenarnya ingin sekali mendapat uang yang banyak, agar dapat mencukupi keperluan Ibu, tetapi, apa yang harus saya lakukan?

Ibu : Anakku, waktu Ibu bekerja di rumah Juragan Damiri, Ibu mendapat kabar bahwa terdapatnegeri yang tidak jauh dari kampung kita ini. Negeri tersebut bernama Mandailing. Penduduknya sangat kaya karena sawah dan ladang mereka sangat luas dan subur. Mereka juga dapat mendulang emas di sungai. Ibu ingin menyampaikan berita baik ini kepadamu, tetapi Ibu takut kehilangan kau.

Sampuraga : Bukankah seandainya saya bekerja di Mandailing, saya dapat mengumpulkan uang, dan suatu saat bisa pulang kapan pun saya inginkan. Izinkan saya pergi ke Mandailing, Bu.Tanpa menunggu jawaban, Sampuraga pergi ke dalam, kemudian keluar lagi membawa bekal di pundaknya, lalu pergi. Ibu Sampuraga berlari sambil berusaha memegangi tangan anaknya.

Adegan 2
Di Mandailing ada seorang bangsawan kaya raya, Juragan Pidoli namanya. Dia mempunyai seorang putri elok rupawan bernama Dewi Safira. Di tempat Sang Juragan inilah Sampuraga bekerja. Berkat kemauan keras dan ketekunan Sampuraga, usaha Juragan Pidoli maju pesat. Pada suatu hari, Dewi Safira dan Juragan Pidoli sedang duduk. Tak lama kemudian, muncul Sampuraga. Ia berjalan menunduk menyalami Juragan Pidoli, lalu duduk di lantai.
Sampuraga : Maaf, Juragan. Saya mengganggu . . . .
Juragan Pidoli : Jangan duduk di situ Sampuraga. (Mendekati Sampuraga, lalu menuntunnya supaya duduk di salah satu kursi) Sampuraga, Dewi Safira tidak punya saudara. Tentu saya senang seandainya kalian dapat hidup terus bersama.
Dewi Safira : Ayah, Bang Sampuraga sudah punya pacar . . . . (Melirik Sampuraga)
Sampuraga : Tidak benar itu . . . . Selama ini perhatian saya hanya untuk . . . hanya untuk . . . .
Juragan Pidoli : Ayah mengerti perasaan kalian, kalian sebenarnya saling mencintai, bukan? Kalau memang sudah saling mencintai, tidak ada salahnya kan kalian segera pergi ke pelaminan.

Adegan 3
Pengantin baru berjalan berdua, kemudian duduk di pelaminan. Datang seorang wanita tua. Dengan ragu-ragu masuk mendekati keduanya.
Ibu : (Memandang Sampuraga) Sampuraga, apa kamu sudah lupa pada ibumu, Nak?
Dewi Safira : Mungkinkah perempuan itu ibumu, Bang? Rasanya dia lebih pantas sebagai pengemis! (Memalingkan muka dengan wajah sinis)
Sampuraga : (Memandang Safira sambil menggelengkan kepala, lalu berkacak pinggang dengan raut wajah marah) Tidak! Dia bukan ibuku. Pergi! Tidak usah berpura-pura menjadi ibuku! Ibuku sudah meninggal bertahun-tahun yang lalu!
Ibu : Anakku, Sampuraga. Ibumu datang ke sini bukan untuk meminta sesuatu darimu. Ibu juga tidak ingin mengusik ketenteraman hidupmu. (Menangis) Tetapi . . . , bila sudah begini kenyataannya, Ibu hanya bisa berharap dan berdoa agar kalian menyadari kesalahan kalian. Segeralah bertobat, Anakku. (Mengangkat tangannya ke atas, memohon) Tuhan, apabila kesalahan ini memang kesalahan anakku Sampuraga, berilah
mereka pelajaran . . . .
Seketika datang gelap. Ibu Sampuraga hilang dari pandangan mata. Terdengar suara guruh dan kilat menyambar-nyambar. Hujan dan air bah yang sangat dahsyat menenggelamkan tempat itu.
Sampuraga : Ibu . . . Ibu . . . ampunilah kesalahan anakmu!

Ibu : (Suara dari jauh) Sampuraga . . . Sampuraga . . . segalanya memang sudah kehendak Tuhan. Yakinlah bahwa Ibu tetap mengasihimu, Ibu akan selalu bersamamu. Lalu, di tempat itu tampak dua bongkah batu besar yang menyerupai pengantin Sampuraga dan Dewi Safira. Demikianlah, Sampuraga, si anak durhaka, telah mendapat hukuman dari Yang Mahakuasa.


(Sumber: Materi PTBK; Pengembangan Kemampuan Berbicara Sastra, 2005 dengan pengubahan seperlunya)

3 komentar:

  1. ada yang bisa kasih aku isi certia ini dan ringkasannya secara ringkas?

    BalasHapus
  2. Boleh diberitahu siapa nama penulisnya? saya bersedia untuk akan namanya dalam konten Instagram

    BalasHapus